“Kuncinya adalah manajemen,” kata Nalendra yakin.
Dia menerangkan, saat ini banyak rumah sakit yang mendapat rapor merah. Di antara sebabnya karena kondisi finansial yang buruk yang berdampak buruk pada kualitas pelayanan di rumah sakit.
Nalendra mengaku bahwa RSAL Dr. Ramelan, Surabaya sukses bertahan dari pembiayaan BPJS Kesehatan karena dua hal.
Pertama, pihaknya memastikan kendali mutu pelayanan harus standar sesuai yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kedua, pihaknya juga menerapkan kendali biaya tanoa mengurangi mutu pelayanannya.
“Termasuk dalam pembelian obat-obatan. Awal belanja obat kami mencapai Rp 13 miliar per bulan. Sekarang hanya Rp 8 – 9 miliar per bulan. Pasien tidak pernah diminta tambahan. Cukup dari BPJS Kesehatan semua,” tuturnya.
Dia juga menambahkan, pendapatan yang diperoleh RSAL Dr. Ramelan dari pembiayaan BPJS Kesehatan cukup untuk mensejahterakan para pekerjanya.
“Pendapatan awal (bersama BPJS Kesehatan, Red) Rp 70 miliar per tahun. Kalau sekarang Rp 494 miliar per tahun. Gaji honorer di rumah sakit Dr. Ramelan juga paling tinggi dibandingkan rumah sakit lain termasuk yang swasta,” imbuh dia. (*)